Pemilik Emas! Ada Alarm Bahaya dari AS

Sedang Trending   by: Fita Rahayu 3 bulan yang lalu

Jakarta, CNBC Indonesia - Alarm ancaman bagi pemilik emas tengah menyala. Bagaimana tidak, nilai emas dikabarkan turun usai Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden resmi mengundurkan diri dari pencalonan pemilihan presiden tahun ini. Para penanammodal emas dan pelaku pasar pun mempertanyakan situasi ini.

Penurunan emas sendiri disebabkan optimisme pasar bahwa Donald Trump dari Partai Republik bakal bisa mengalahkan calon kandidat pengganti Biden ialah Wakil Presiden AS Kamala Harris.

Pasar menilai, ekonomi AS bakal menjadi lebih baik ketika Trump terpilih menjadi presiden AS. Jika ekonomi AS pulih dan tumbuh lebih cepat, tentu ini bakal menjadi berita jelek bagi pergerakan nilai emas.

Diketahui Trump memimpin AS pada Januari 2017 hingga Januari 2021 alias selama empat tahun.

Pada awal dia memerintah, suku kembang The Federal Reserve (The Fed) berada di nomor 0,50-0,75% dan mencapai puncaknya pada Desember 2018 hingga Juni 2019 ialah di level 2,25-2,50%, menurut info nan dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia.

Tingginya suku kembang tersebut berbarengan dengan inflasi nan menyentuh nomor 2,7% (year on year/yoy) pada Februari 2017 hingga Juli 2018. Oleh lantaran itu suku kembang dinaikkan dengan cukup signifikan dan dalam waktu nan cukup singkat.

Kemudian suku kembang mengalami penurunan mulai dari Agustus 2019 dan konsisten di level nan cukup rendah ialah 0,00-0,25% pada Maret 2020 akibat pandemi Covid-19. Pemangkasan suku kembang The Fed pada 2019 merupakan pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir.

The Fed untuk pertama kalinya menurunkan suku kembang pada semester II-2019 lantaran tren ekonomi (lemahnya inflasi dan prospeknya), tetapi juga lantaran perubahan dalam keseimbangan risiko.

Sementara itu nilai emas bumi memecahkan rekor nilai tertinggi sepanjang masa dengan mencapai level US$2.500 per troy ons.

Berdasarkan Refinitiv pada penutupan perdagangan Jumat (16/8/2024) nilai emas di pasar spot tercatat US$2.507,28 per troy ons, melesat 2,08% dibandingkan posisi sebelumnya.

Harga emas bumi mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah didorong oleh pelemahan dolar akibat meningkatnya ekspektasi penurunan suku kembang dari bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve alias The Fed pada September. Selain itu lantaran ketegangan di Timur Tengah meningkatkan permintaan terhadap emas batangan.

Ekonomi AS di Bawah Kepemimpinan Trump

Secara umum, ekonomi AS telah berkembang dengan langkah stabil di bawah pemerintahan Trump dan Biden. Produk Domestik Bruto (PDB), nan merupakan ukuran dari semua peralatan dan jasa nan diproduksi di negara tersebut, telah tumbuh sebesar 6,8% selama pemerintahan Trump, ketika pandemi memaksa ekonomi mengalami resesi tajam dan tiba-tiba.

Kendati demikian, ekonomi pulih dengan sigap berkah sebagian besar pada stimulus triliunan dolar dan sudah mulai tumbuh lagi pada saat Trump meninggalkan jabatannya.

Inflasi pun condong terkendali dan rendah pada era Trump. Posisi tertinggi tercapai pada Juni/Juli 2018 nan nyaris menyentuh level 3%. Sementara pada era Biden, inflasi condong melonjak terkhusus setelah pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina.

Saat ini memang inflasi sudah jauh melandai apalagi berada di level 3% yoy, namun nomor ini tetap belum berada di sasaran The Fed ialah di level 2%. Inflasi sempat terbang ke 9,1% (yoy) pada Juni 2022.

Adapun, tidak termasuk pada 2020, Trump juga mencatat periode pengangguran nan rendah, dengan tingkat pengangguran mencapai titik terendah sebesar 3,5 persen pada akhir 2019.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bukan Isu Harris Vs Trump, Ini nan Bikin Rupiah Masih "Lemas"!

Next Article Video: Harga Emas Rekor Lagi! Sudah Lewat USD 2.400 Per Troy Ons

Selengkapnya
Sumber Konten Market
Author  Fita Rahayu
Konten Market