IHSG Ngegas dan Nyaris Sentuh 7.200, 5 Saham Big Cap Jadi Penopang

Sedang Trending   by: Dayak Santoso 4 bulan yang lalu

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup cerah bergairah pada perdagangan Rabu (3/7/2024), di tengah kepercayaan pelaku pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) tetap bakal memangkas suku bunganya tahun ini.

IHSG ditutup melesat 1,01% ke posisi 7.196,75. IHSG mendekati level psikologis 7.200 pada akhir perdagangan hari ini.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 8,2 triliun dengan melibatkan 14miliar lembar saham nan diperdagangkan sebanyak 932.085 kali. Sebanyak 325 saham menguat, 216 saham terkoreksi, dan 243 saham stagnan.

Beberapa sektor menjadi penopang IHSG pada hari ini, ialah industri nan mencapai 2,07%, transportasi sebesar 1,61%, daya sebesar 1,48%, dan bahan baku sebesar 1,16%,

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penggerak alias movers IHSG. Berikut daftarnya.

Terpantau emiten Prajogo Pangestu mendominasi penggerak alias movers IHSG di akhir perdagangan hari ini, dengan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi nan paling besar ialah mencapai 7,8 indeks poin.

Namun, saham pertambangan batu bara raksasa ialah PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi penopang terbesar IHSG ialah mencapai 26,2 indeks poin.

Bergairahnya kembali IHSG pada hari ini terjadi di tengah kepercayaan pelaku pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tetap bakal memangkas suku bunganya dua kali tahun ini, meski Ketua The Fed, Jerome Powell perlu memandang lebih banyak lagi sebelum mengubah kebijakan.

"The Fed tetap memerlukan lebih banyak info sebelum memangkas suku kembang untuk memastikan bahwa inflasi nan lebih lemah baru-baru ini memberikan gambaran sebenarnya tentang apa nan terjadi pada tekanan harga," kata Powell dalam pidatonya di FOMC minutes Selasa (2/7/2024) kemarin.

Data pada Mei menunjukkan ukuran inflasi pilihan The Fed tidak meningkat sama sekali pada bulan tersebut, sementara tingkat kenaikan nilai dalam 12 bulan telah surut menjadi 2,6%, tetap di atas sasaran bank sentral sebesar 2% namun tetap dalam tahap penurunan.

The Fed telah mempertahankan suku kembang kebijakan acuannya stabil di kisaran 5,25%-5,5% sejak bulan Juli lalu, namun para pejabat tetap memperdebatkan kapan kudu melonggarkan kebijakan moneter lantaran inflasi kembali ke sasaran bank sentral sebesar 2%.

Inflasi tetap lebih dari separuh poin persentase di atas sasaran tersebut, menurut indeks nilai pengeluaran konsumsi pribadi nan disukai The Fed, dan digambarkan sebagai "meningkat" dalam pernyataan kebijakan bank sentral tanggal 12 Juni.

Namun, info terkini mengenai inflasi dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan menunjukkan bahwa tekanan nilai mungkin bakal semakin berkurang, dan penanammodal mengantisipasi penurunan suku kembang awal sebesar seperempat poin persentase pada pertemuan The Fed tanggal 17-18 September.

Bagi banyak pejabat, perihal ini menjadi argumen nan mendukung untuk bersabar dan menunggu lebih lama untuk melakukan penurunan suku kembang pertama.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bermaksud membujuk pembaca untuk membeli, menahan, alias menjual produk alias sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun untung nan timbul dari keputusan tersebut.

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Bergerak Melemah, Gimana Nasih Rupiah?

Next Article IHSG Tetap Ngegas, Saham Bank Jumbo Jadi Penggeraknya
(chd/chd)

Selengkapnya
Sumber Konten Market
Author  Dayak Santoso
Konten Market