Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat pada perdagangan sesi I Jumat (26/7/2024), kembali arah dari posisinya nan terkoreksi selama tiga hari beruntun.
Hingga pukul 11:30 WIB, IHSG menguat 0,51% ke posisi 7.277,36. Meski sukses menguat, tetapi IHSG tetap belum bisa untuk menembus kembali level psikologis 7.300.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 3,9 triliun dengan volume transaksi mencapai 7,1 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 490.875 kali. Sebanyak 314 saham menguat, 213 saham melemah, dan 245 saham condong stagnan.
Secara sektoral, sektor transportasi menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini, ialah mencapai 1,08%.
Selain itu, beberapa saham menjadi penopang (movers) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut daftarnya.
Saham bank Himbara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, ialah mencapai 11 indeks poin.
IHSG sukses menguat setelah terkoreksi selama tiga hari beruntun. Sentimen pasar dunia nan condong sedikit membaik menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini terjadi setelah perekonomian Amerika Serikat (AS) pada kuartal II-2024 tumbuh di atas ekspektasi pasar.
Departemen Perdagangan AS melaporkan info awal produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II-2024 tumbuh 2,8% pada pedoman kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), lebih tinggi dari kuartal I-2024 nan hanya tumbuh 1,4%.
Angka awal PDB AS pada kuartal II-2024 ini juga berada di atas ekspektasi pasar sebelumnya nan memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam bakal tumbuh 2%.
Laporan PDB terbaru menunjukkan bahwa bumi upaya terus berinvestasi dan konsumen tetap mendorong pertumbuhan dengan shopping mereka, meskipun nilai peralatan tetap condong tinggi.
Di lain sisi, info klaim pengangguran mingguan AS condong menurun. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah orang Amerika nan mengusulkan permohonan baru untuk tunjangan pengangguran turun lebih dari nan diperkirakan pada minggu lalu.
Klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 10.000 menjadi 235.000 nan disesuaikan secara musiman untuk pekan nan berhujung 20 Juli lalu. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar dalam survei Reuters nan memperkirakan ada 238.000 klaim pada pekan lalu.
Namun, dengan tumbuhnya ekonomi AS hingga di atas ekspektasi dan nomor klaim pengangguran condong menurun, pasar pun seakan bimbang bakal arah sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada pertemuan September mendatang, apakah betul bakal memangkas alias justru kembali menahan suku kembang acuannya.
Sejauh ini, kesempatan penurunan suku kembang The Fed tetap tinggi. Berdasarkan CME FedWatch Tool, pasar memandang kesempatan 87,6% untuk pemangkasan suku kembang pada September. Namun, nomor ini mengalami penurunan dari beberapa hari sebelumnya nan mencapai 93,3%.
Kini konsentrasi penanammodal tertuju pada info indeks nilai pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) alias inflasi PCE pada hari ini untuk mengkonfirmasi spekulasi dimulainya penurunan suku kembang The Fed lebih awal.
Harapannya, inflasi PCE AS nan bakal dirilis malam kelak dapat melandai dan makin mendekati sasaran The Fed di 2%. Namun jika inflasi PCE makin meningkat, maka ada potensi The Fed bakal kembali menahan suku kembang acuannya pada pertemuan September mendatang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bermaksud membujuk pembaca untuk membeli, menahan, alias menjual produk alias sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun untung nan timbul dari keputusan tersebut.(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Akhir Pekan Suram, IHSG Dan Rupiah Kompak Melemah
Next Article IHSG Balik Ke 7.300-an, 6 Saham Ini Jadi Incaran Investor