loading...
Perlombaan antara Starlink dan Qianfan menandai era baru dalam eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa. Foto: ist
JAKARTA - Langit di atas kita tidak lagi sekadar ruang kosong. Tapi, sudah menjadi arena persaingan baru antara dua kekuatan adidaya: Amerika Serikat dan China.
Kedua negara ini berlomba-lomba memenuhi orbit bumi dengan ribuan satelit, menciptakan “megakonstelasi” nan menjanjikan akses internet dunia dan menghubungkan setiap perspektif dunia.
Namun, di kembali ambisi teknologi ini, terdapat kekhawatiran nan semakin nyata bakal dampaknya terhadap astronomi dan keamanan ruang angkasa.
Starlink: Pelopor Internet Satelit dari SpaceX
SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, telah menjadi pelopor dalam perlombaan ini dengan proyek ambisiusnya Starlink. Dengan lebih dari 6.000 satelit nan telah mengorbit Bumi, Starlink telah mengubah wajah internet global.
Jaringan satelit ini menawarkan akses internet broadband ke daerah-daerah terpencil dan pedesaan nan sebelumnya tidak terjangkau oleh prasarana internet konvensional.
Qianfan: Jawaban China untuk Starlink
Tidak mau kalah, China meluncurkan jawabannya sendiri dengan proyek Qianfan (atau dikenal juga sebagai G60). Dikembangkan oleh Shanghai Spacecom Satellite Technology (SSST), megakonstelasi ini direncanakan bakal terdiri dari nyaris 14.000 satelit...