Serang Ukraina Pakai Rudal Nuklir Oreshnik, Rusia Kirim Pesan ke AS

Sedang Trending   by: Fita Rahayu 4 minggu yang lalu

Jakarta, CNN Indonesia --

Kremlin mengatakan pada Jumat (22/11) bahwa serangan terhadap Ukraina menggunakan rudal balistik hipersonik nan baru dikembangkan merupakan pesan kepada Barat bahwa Moskow bakal menanggapi dengan keras setiap tindakan Barat nan "ceroboh" dalam mendukung Ukraina.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov berbincang sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Moskow telah menembakkan rudal baru - Oreshnik alias Pohon Hazel - ke akomodasi militer Ukraina sebagai tanggapan atas serangan Kyiv terhadap Rusia dengan rudal buatan Amerika Serikat (AS) dan Inggris minggu ini, untuk pertama kalinya setelah AS memberikan persetujuannya.

"Pesan utamanya adalah bahwa keputusan dan tindakan sembrono negara-negara Barat nan memproduksi rudal, memasoknya ke Ukraina, dan kemudian berperan-serta dalam serangan di wilayah Rusia tidak dapat dibiarkan tanpa reaksi dari pihak Rusia," kata Peskov kepada wartawan, seperti dilansir Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pihak Rusia telah dengan jelas menunjukkan kemampuannya, dan garis besar tindakan pembalasan lebih lanjut jika kekhawatiran kami tidak diperhitungkan telah diuraikan dengan cukup jelas," ujarnya.

Moskow menyebut Rusia menganggap penembakan rudal ATACMS dan Storm Shadow oleh Ukraina ke Rusia sebagai bukti keterlibatan langsung AS dan Inggris dalam perang tersebut. Dikatakan bahwa info penargetan satelit dan pemrograman aktual jalur penerbangan rudal kudu dilakukan oleh personel militer NATO lantaran Kyiv sendiri tidak mempunyai keahlian tersebut.

Putin mengatakan Moskow telah menyerang perusahaan rudal dan pertahanan di kota Dnipro, Ukraina, tempat markas perusahaan rudal dan roket antariksa Pivdenmash, nan dikenal sebagai Yuzhmash oleh Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Jumat (22/11) bahwa semua hulu ledak rudal telah mengenai sasaran mereka dan memuji apa nan dikatakannya sebagai penggunaan pertama nan sukses dari rudal balistik hipersonik jarak menengah dengan hulu ledak konvensional dalam pertempuran.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan penggunaan rudal baru oleh Rusia merupakan "eskalasi nan jelas dan parah" dan telah menyerukan kecaman keras dari seluruh dunia.

Peskov mengatakan Rusia secara teknis tidak bertanggung jawab untuk memperingatkan Amerika Serikat tentang serangan itu lantaran rudal nan digunakan adalah rudal jarak menengah, bukan antarbenua, tetapi dia mengatakan Moskow telah memberi tahu AS 30 menit sebelum peluncuran.

Ia mengatakan Putin tetap terbuka untuk berdialog, tetapi pemerintahan Presiden AS Joe Biden nan bakal segera lengser "lebih suka melanjutkan jalur eskalasi" dan mendesaknya untuk mengindahkan peringatan nan dikeluarkan Putin pada September lalu.

Putin mengatakan saat itu bahwa Barat bakal langsung bertempur dengan Rusia jika mengizinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh buatan Barat, sebuah langkah nan menurutnya bakal mengubah sifat dan cakupan bentrok dan memaksa Moskow untuk mengambil "keputusan nan tepat" berasas ancaman baru tersebut.

Dalam pernyataannya nan disiarkan televisi pada Kamis (21/11), Putin mengatakan bahwa Rusia telah menembakkan rudal barunya setelah Ukraina, dengan persetujuan dari pemerintahan Biden, telah menyerang Rusia dengan enam rudal ATACMS buatan AS pada Selasa (19/11) dan dengan rudal jelajah Storm Shadow Inggris dan HIMARS buatan AS pada Kamis (21/11).

Peskov mengatakan dia berambisi AS telah menerima dan memahami pesan Moskow. "Mengenai keterbukaan untuk berdialog, apalagi dalam pernyataan kemarin presiden menekankan kesiapannya untuk melakukan kontak apa pun - baik dengan tujuan untuk meredakan ketegangan, menghindari eskalasi lebih lanjut, maupun mencapai jalur damai," kata Peskov.

"Pernyataan kemarin (dari Putin) sangat komprehensif, jelas, dan logis. Kami tidak ragu bahwa pemerintahan saat ini di Washington mempunyai kesempatan untuk membiasakan diri dengan pernyataan ini dan memahaminya."

(wiw/wiw)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber Artikel Internasional
Author  Fita Rahayu
Artikel Internasional