Jakarta -
Senja mulai turun ketika kami tiba di Thursina Camping Ground (TCG), Cisarua, Bogor. Udara sejuk khas pegunungan menyambut, seketika menghapus ingatan akan kemacetan Jakarta yang kami tinggalkan beberapa jam lalu.
Anak-anak kami berlarian penuh semangat, kaki-kaki kecil mereka menginjak rumput basah sementara mereka memilih spot untuk mendirikan tenda. Keheningan malam pegunungan tiba-tiba dipecahkan oleh suara yang tak lazim.
Mata bulat penasaran anak-anak kami menyiratkan ketakjuban saat mereka mendengar auman samar yang terdengar dari kejauhan. Kami menjelaskan bahwa suara itu mungkin berasal dari singa penghuni Taman Safari Indonesia yang berada tak jauh dari area perkemahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keberadaan Taman Safari sebagai tetangga menciptakan orkestra alam yang unik. Sesekali auman singa atau lengkingan gajah memecah kesunyian malam.
Sementara kami sibuk mendirikan tenda, mata kami tak bisa lepas dari siluet Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak yang menjulang di kejauhan. Cahaya terakhir matahari membuat puncak gunung seolah berpijar, pemandangan yang membuat kamera-kamera ponsel kami tak berhenti mengabadikan momen.
Berkemah dengan anak-anak tentu memiliki tantangannya sendiri. Saat putra bungsu kami merengek ingin ke toilet, kami merasa lega mendapati fasilitas kamar mandi yang terjaga cukup baik.
Hal ini sedikit meredakan kekhawatiran kami tentang kemungkinan petualangan di tengah malam. Malam semakin larut, api unggun menyala, memancarkan kehangatan di tengah dinginnya udara pegunungan.
Kami duduk melingkar, memanggang marshmallow sambil berbagi cerita. Tawa riang anak-anak kami berpadu dengan orkestra ...