CNN Indonesia
Jumat, 26 Jul 2024 11:33 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengirim surat kepada calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.
Trump mempublikasi surat itu menjelang pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di AS pada Jumat (26/7). Media Times of Israel berhasil memperoleh surat tertanggal 14 Juli tersebut.
Dalam surat itu, Abbas menyatakan keprihatinan nan mendalam atas laporan percobaan pembunuhan Trump di Pennsylvania, 13 Juli lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menegaskan "tindakan kekerasan tidak boleh terjadi di bumi nan menjunjung tinggi norma dan ketertiban."
"Menghormati orang lain dengan toleransi dan menghargai kehidupan manusia adalah apa nan kudu diutamakan. Tindakan tercela berupa percobaan pembunuhan alias pembunuhan nan sukses merupakan kelemahan nan disertai kegagalan dalam memahami langkah-langkah tenteram untuk menyelesaikan konflik," kata Abbas dalam suratnya.
Ia juga mengatakan bahwa setiap perbedaan kudu diselesaikan melalui komunikasi nan menjunjung tinggi kebebasan berekspresi. Lebih lanjut, Abbas menyampaikan duka nan mendalam kepada family korban tewas maupun terluka dalam kejadian tersebut.
"Pikiran kami juga tertuju pada family mereka nan kehilangan nyawa dan terluka," kata Abbas.
Sebagai jawaban atas surat Abbas, Trump pun menyampaikan terima kasih.
"Mahmoud, terima kasih lantaran sudah sangat baik. Semuanya bakal baik-baik saja," kata Trump melalui tulisan tangan di ujung surat Abbas.
Ini tampaknya kali pertama Abbas menghubungi Trump sejak Otoritas Palestina memutuskan hubungan dengan pemerintahan dia lantaran AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2017 silam.
Trump adalah politisi nan sangat vokal mendukung Israel. Bahkan, nyaris di setiap kampanyenya dia menggembar-gemborkan support bagi Israel.
Dalam pidatonya pekan lampau di Konvensi Nasional Partai Republik, mantan presiden AS tersebut memperingatkan bahwa negara-negara nan menahan penduduk Amerika bakal menanggung "harga nan sangat besar" jika tidak segera dibebaskan.
Ia tidak merinci sandera mana nan dimaksud. Namun saat ini, golongan milisi Hamas Palestina merupakan salah satu pihak nan sedang menahan penduduk AS di Gaza imbas perangnya dengan Israel.
Lima sandera Amerika diyakini ditahan oleh Hamas di Gaza sejak serangan 7 Oktober lalu.
Trump pun berulang kali menyatakan bahwa serangan Hamas pada 7 Oktober tidak bakal terjadi jika dia menjadi presiden.
(blq/dna)
[Gambas:Video CNN]