CNN Indonesia
Sabtu, 05 Okt 2024 12:00 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan Israel belum memberikan agunan kepada mereka mengenai serangan ke situs nuklir Iran sebagai jawaban atas serangan 200 rudal balistik dan hipersonik Iran pada Selasa (1/10).
Presiden Joe Biden sebelumnya menyatakan AS, negara nan kerap membantu Israel, tidak bakal mendukung Tel Aviv menyerang situs nuklir Iran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CNN memberitakan, berasas sumber pejabat Kementerian Luar Negeri AS, bahwa AS berambisi Israel tak menyerang situs nuklir Iran.
"Kami berambisi dan menginginkan ada kekuatan dan kebijakan (oleh Israel). Namun, sebagaimana kita ketahui, tidak ada jaminan," kata sumber terse
Tak hanya itu, Israel juga disebut belum bisa memberikan agunan untuk tidak menggunakan kejadian penyerangan Hamas pada 7 Oktober sebagai waktu serangan kembali ke Iran.
"Sulit untuk dijelaskan," tutur dia.
[Gambas:Video CNN]
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden menyatakan tidak mendukung serangan apa pun nan dilakukan Israel terhadap situs nuklir Iran.
"Jawabannya adalah, tidak," kata Biden ketika ditanya apakah dia mendukung serangan Israel terhadap situs nuklir Iran, sebelum dia berangkat untuk berjamu ke North Carolina, seperti dilansir Anadolu.
Dia mengatakan Israel mempunyai kewenangan untuk menanggapi serangan pada hari Selasa oleh Iran dan Negeri Zionis ini kudu siap melakukannya secara proporsional.
"Kami bakal berbincang dengan Israel tentang apa nan bakal mereka lakukan," katanya, seraya menambahkan bahwa semua personil G7 setuju bahwa Israel mempunyai "hak untuk menanggapi, tetapi mereka kudu menanggapi secara proporsional."
Hal itu disampaikan setelah Iran menembakkan lebih dari 180 rudal ke wilayah Israel pada Selasa (1/10), nan dikatakan sebagai jawaban atas pembunuhan baru-baru ini terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, dan seorang komandan Garda Revolusi Iran.
Israel sendiri berjanji pada Selasa malam untuk menanggapi serangan itu pada waktu nan dipilihnya, menyebutnya sebagai eskalasi nan serius dan berbahaya.
(mab/chri)