Liputan6.com, Jakarta - Sebelum menyerang Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) Indonesia, ransomware sudah lebih dulu mengganggu jasa kesehatan di Inggris.
Serangan dilakukan pada awal Juni 2024 dan berakibat sangat jelek hingga menakut-nakuti ratusan jiwa. Pasalnya, serangan melumpuhkan jasa kesehatan di beberapa rumah sakit dan pusat patologi. Akibatnya, jasa donor darah terhenti selama berhari-hari.
Situasi mendesak ini merupakan strategi nan digunakan para peretas untuk menekan korban agar memenuhi tuntutannya. Seperti diketahui, ransomware adalah jenis malware (perangkat lunak pemerasan) rawan nan digunakan oleh peretas untuk mengunci akses ke info korban dan meminta duit tebusan untuk pemulihannya.
“Serangan semacam ini juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap keahlian pemerintah dalam melindungi keamanan data. Lebih jelek lagi, info nan dicuri dapat digunakan untuk serangan lebih lanjut, baik secara langsung oleh peretas alias dijual kepada pihak ketiga,” kata Asisten Profesor dan Koordinator Program Magister Keamanan Siber Monash University, Indonesia, Dr. Erza Aminanto dalam keterangan pers dikutip Senin (1/7/2024).
Cegah Serangan Ransomware
Lantas, gimana langkah mencegah serangan ransomware?
Menjawab perihal ini, Aminanto mengatakan bahwa ada beberapa strategi nan dapat diterapkan.
Pertama, semua info krusial kudu dicadangk...