Jakarta, CNN Indonesia --
Peraih Nobel Perdamaian Bangladesh, Muhammad Yunus, ditunjuk untuk menjadi pemimpin interim negara di Asia Selatan itu, usai Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri dan kabur ke luar negeri.
Hasina mundur di tengah pemberontakan massa terhadap pemerintahannya, lantaran menolak kuota PNS bagi golongan tertentu nan dianggap bermaksud untuk melanggengkan kepemimpinan Hasina.
Yunus ditunjuk usai pemimpin protes mahasiswa, kepala tiga bagian militer, masyarakat sipil, dan beberapa pemimpin upaya menggelar pertemuan selama lima jam untuk memutuskan kepala pemerintahan sementara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para mahasiswa sebelumnya memang sudah mengusulkan Yunus. Mereka juga menyatakan pelopor finansial mikro berumur 83 tahun itu sudah setuju.
Profil Muhammad Yunus
Dilansir Al Jazeera, M. Yunus adalah kritikus dan musuh politik PM Sheikh Hasina.
Dia menyebut pengunduran diri Hasina sebagai "hari pembebasan kedua" bagi Bangladesh. Sebelumnya Hasina pernah menyebut Yunus sebagai "penghisap darah".
Sebagai seorang ahli ekonomi dan bankir profesional, Yunus dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 2006 lantaran mempelopori penggunaan angsuran mikro untuk membantu orang miskin, khususnya perempuan.
Komite Hadiah Nobel Perdamaian memuji Yunus dan Grameen Bank miliknya atas upaya menciptakan pembangunan ekonomi dan sosial dari bawah.
Yunus mendirikan Grameen Bank pada tahun 1983, untuk menyediakan pinjaman mini bagi para pengusaha, nan biasanya tidak memenuhi syarat untuk menerima pinjaman dari bank konvensional.
Keberhasilan bank milik Yunus mengangkat masyarakat mini keluar dari kemiskinan menginspirasi pembiayaan mikro serupa di negara-negara lain.
Berseteru dengan Hasina
Perseteruan dengan Yunus dimulai saat PM Hasina pada tahun 2008 lampau meluncurkan serangkaian penyelidikan.
Pada 2007, Yunus mengumumkan bakal membentuk partai politik, ketika Bangladesh dijalankan oleh pemerintah nan didukung militer. Namun partai itu tak kunjung dibentuk.
Selama penyelidikan, Hasina menuduh Yunus sebagai ketua Grameen Bank menggunakan langkah kekerasan untuk menagih pinjaman dari kalangan wanita miskin di pedesaan. Namun Yunus membantah tuduhan itu.
Dia kemudian diadili pada 2013 dengan tuduhan menerima duit tanpa izin pemerintah, termasuk Hadiah Nobel dan royalti dari sebuah buku. Dia juga dituntut beragam tuduhan nan melibatkan perusahaan lain miliknya seperti Grameen Telecom.
Pada tahun 2023, sejumlah eks pekerja Grameen Telecom menggugat Yunus dengan tuduhan penggelapan tunjangan karyawan. Yunus lagi-lagi membantah tuduhan itu.
Awal tahun ini, pengadilan unik di Bangladesh mendakwa Yunus dan 13 orang lainnya atas tuduhan penggelapan duit senilai US$2 juta (setara Rp32 miliar). Yunus mengaku tidak bersalah dan saat ini dibebaskan dengan jaminan.
Pendukung Yunus menilai dia sering jadi sasaran lantaran hubungannya nan "dingin" dengan pemerintah PM Hasina.
[Gambas:Video CNN]
(dna)