Jakarta, CNN Indonesia --
Kelompok milisi di Lebanon, Hizbullah, disebut mempunyai terowongan bawah tanah di Lebanon, nan jauh lebih luas dibandingkan terowongan Hamas di Jalur Gaza.
Koresponden intelijen dan keamanan nasional majalah Foreign Policy, Amy Mackinnon, mengatakan Iran selaku penyokong Hizbullah punya rute lewat darat dan udara melalui Irak dan Suriah nan mengarah ke Lebanon.
Terowongan itu diduga digunakan untuk memasok senjata dan amunisi untuk Hizbullah, sebagai persiapan jika perang pecah di wilayah itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak seperti Gaza, nan secara geografis terisolasi dari pendukungnya di Teheran, Iran telah menetapkan rute pasokan darat dan udara nan mengarah ke Lebanon melalui Irak dan Suriah nan bisa digunakan pasukan Hizbullah jika terjadi perang habis-habisan," kata Mackinnon, seperti dikutip Middle East Monitor (MEMO).
Sebelumnya pada Januari lalu, militer Israel (IDF) mengungkapkan soal terowongan sepanjang empat kilometer nan lebar dan bisa dilalui kendaraan, membentang dari Jabaliya di utara kota Gaza hingga sekitar 400 meter dari perbatasan Erez.
Dilansir Times of Israel, proyek terowongan Hizbullah di Lebanon diduga dibangun sebelum pembangunan terowongan Hamas di Gaza.
Direktur lembaga riset Alma Research and Education Center, Tal Beeri, mengaku menemukan "peta poligon" dari sumber intelijen terbuka, nan berisi info soal "Land of the Tunnels" di Lebanon selatan.
"Peta tersebut ditandai, oleh pihak anonim, dengan poligon (lingkaran) nan menunjukkan 36 wilayah geografis, kota, dan desa," tulisnya dalam makalah nan diterbitkan pada 2021 lalu.
"Dalam penelitian kami, poligon ini merupakan bagian dari rencana pertahanan Hizbullah terhadap invasi Israel ke Lebanon. Setiap titik mempunyai jaringan terowongan bawah tanah, nan terhubung dengan terowongan regional," ungkapnya dalam makalah itu.
Hizbullah meluncurkan rentetan roket ke Israel pekan lampau sebagai jawaban atas serangan Zionis nan menewaskan komandan senior mereka. Israel membalas serangan tersebut dengan meluncurkan ribuan serangan udara.
"Sekitar 140 ribu orang telah mengungsi dari rumah mereka di kedua sisi perbatasan," tulis Foreign Policy.
Terkait perang ini, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa Hizbullah bakal dihancurkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Kendati begitu, menurut Foreign Policy, kehancuran itu tak hanya bakal dialami oleh Hizbullah tetapi juga oleh Israel.
"Israel juga bakal bergelimang darah. Hizbullah adalah musuh nan jauh lebih handal daripada Hamas, lantaran dianggap sebagai tokoh non-negara nan paling bersenjata berat di bumi menurut Centre for International and Strategic Studies," demikian tulis Foreign Policy.
"Kelompok ini telah membangun persenjataan canggih dengan support Iran, Suriah, dan Rusia," lanjut Foreign Policy.
Foreign Policy menganalogikan Hizbullah sebagai ancaman strategis bagi Israel. Sementara Hamas merupakan ancaman taktis.
Sejumlah jenderal top Israel dikabarkan telah menyepakati rencana perang dengan Hizbullah setelah lebih dari delapan bulan perbatasan kedua negara memanas.
"Rencana operasi serangan ofensif di Lebanon telah disetujui," demikian pernyataan IDF, dikutip Times of Israel, Selasa (18/6).
Menurut pejabat senior AS, perang Israel dan Hizbullah sangat mungkin pecah mengingat panasnya situasi di perbatasan kedua negara. Selain itu, mandeknya kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel juga disebut telah menambah ketegangan di antara keduanya.
(blq/dna)