Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan umum Amerika Serikat (AS) pada November mendatang menjadi perhatian para investor. Kebijakan dan program nan ditawarkan kedua calon presiden Donald J. Trump dan Kamala Harris bakal sangat berpengaruh terhadap seluruh dunia.
Lantas gimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia jika Trump alias Harris memenangkan pemilu?
"Baik Trump maupun Harris [yang menang], beberapa perihal tidak bakal berubah," ujar Senior Economist DBS Bank Radhika Rao di Jakarta Selatan, Selasa (6/8/2024).
Sebab, keduanya sama-sama anti Tiongkok, dan sama-sama mau memastikan akomodasi manufaktur kembali ke AS. Menurut Radhika, pengumuman apapun setelah siapapun dari kedua calon itu terpilih, nilai tukar dolar AS bakal tetap kuat.
Ia menilai bahwa pemilu AS bakal mendorong penguatan terhadap nilai tukar greenback. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) diproyeksikan bakal bergerak secara perlahan dalam memangkas suku kembang acuannya alias BI Rate, guna membikin nilai tukar rupiah agar lebih atraktif.
Radhika memproyeksikan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve bakal menurunkan suku kembang acuannya, Fed Fund Rate (FFR) pada September dan Desember tahun ini. Dengan demikian, FFR diperkirakan bakal turun 50 pedoman poin (bps) menjadi 5% pada akhir 2024.
Kemudian, Fed diproyeksikan mempunyai ruang untuk memangkas FFR hingga 150 bps menjadi 4% pada 2025.
Tetapi, BI disebut tidak bakal seagresif The Fed dalam memangkas BI Rate. BI diproyeksikan tetap bakal menahan suku kembang referensi di 6,25% hingga akhir tahun ini dan mempunyai ruang untuk memangkas hingga 50 bps tahun depan.
Radhika menjelaskan, tindakan itu bermaksud untuk mempertahankan rentang suku kembang referensi BI dan Fed. Menurutnya, BI mau mempertahankan selisih nan besar, guna mendorong nilai tukar rupiah nan lebih menarik.
"Jadi, sebagai kesimpulan, kami pikir akibat pemilu AS terhadap dolar bakal condong sedikit lebih kuat. Dan jika itu nan terjadi, maka BI bakal lebih suka melakukannya secara perlahan alias menunda apa nan dilakukan Fed, nan bakal membuatnya lebih baik bagi mata uang," pungkas Radhika.
Maka demikian, dia memperkirakan nilai tukar rupiah bakal di sekitar Rp16.000, alias lebih sedikit di bawah Rp16.000 pada akhir tahun 2024.
"Anda tidak bakal memandang dolar betul-betul melemah setelah pemilihan umum AS. Jadi, itulah nan kami harapkan," imbuh Radhika.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bukan Isu Harris Vs Trump, Ini nan Bikin Rupiah Masih "Lemas"!
Next Article Investor Pantau Pilpres AS-Kebijakan Fiskal Prabowo, Ini Efeknya ke RI