isa | CNN Indonesia
Jumat, 19 Jul 2024 11:09 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Sebanyak 13 orang tewas usai polisi bersenjata berantem dengan mahasiswa-mahasiswi Bangladesh dalam demo pembatasan kuota pegawai negeri sipil (PNS) di Dakha, Kamis (18/7).
Baru-baru ini, pengadilan tinggi Bangladesh kembali menerapkan penyisihan kuota 30 persen PNS untuk family orang-orang nan berjuang dalam perang kemerdekaan dari Pakistan pada 1970.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam demo itu, menurut para saksi mata, polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan pedemo. Imbas kekerasan ini, ratusan orang juga mengalami luka-luka.
Beberapa nan lain memandang para pedemo sebelumnya membakar kendaraan, pos polisi, dan gedung lain.
Salah satu pejabat Bangladesh mengatakan nomor tersebut merupakan kematian tertinggi dalam sehari sejauh ini.
Menteri Hukum Bangladesh Anisul Huq mengatakan pemerintah siap berbincang dengan perwakilan demonstran. Namun para pedemo menolak.
"Diskusi dan penembakan tak melangkah beriringan," kata koordinator demo Nahid Islam, dikutip Reuters.
Dia lampau berujar, "Kami tak bisa menginjak-injak mayit untuk menggelar diskusi. Diskusi bisa saja dilakukan lebih awal."
Demo nasional ini dipicu oleh nomor pengangguran nan tinggi di kalangan muda. Hampir seperlima dari 170 juta masyarakat di Bangladesh kehilangan pekerjaan dan pendidikan.
Kerusuhan tersebut juga jadi terbesar sejak Perdana Menteri Sheikh Hasina memimpin Bangladesh.
Pada 2018, pemerintahan Hasina telah menghapus sistem kuota PNS. Namun, pengadilan tinggi menerapkan kembali pada Juni lalu.
Mahkamah Agung menangguhkan perintah Pengadilan Tinggi sembari menunggu sidang banding nan bakal digelar 7 Agustus.
(bac)
[Gambas:Video CNN]