Bulan Pembiayaan Syariah dimulai, Bos BI Ungkap 3 Fokus Utama

Sedang Trending   by: Nadia Fitriani 4 bulan yang lalu

Suasana pelayanan instansi bagian Bank Syariah Indonesia, Jakarta Senin (1/2). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS) resmi beroperasi. Direktur Utama BRIS Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi ketiga bank BRIsyariah, BNI Syariah dan BSM telah dilaksanakan sejak Maret 2020 alias menyantap waktu selama 11 bulan. Foto: Suasana pelayanan instansi bagian Bank Syariah Indonesia. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) berbareng dengan enam lembaga resmi melaksanakan Kick Off Bulan Pembiayaan Syariah (BPS) pada Selasa, (25/6/2024).

Acara ini merupakan kerjasama antara BI, dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta didukung oleh Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dan Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Dalam sambutannya, Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, terdapat tiga konsentrasi utama nan menjadi penguatan finansial syariah di Indonesia, ialah penemuan produk dan digitalisasi, inklusi dan literasi finansial syariah, serta sinergi inisiatif.

Juda Agung menekankan pentingnya penemuan produk dan digitalisasi dalam mendorong perkembangan finansial syariah. Ia menyampaikan pengalamannya ketika mengunjungi Kanada dalam rangka FSB Blind Area Meeting.

Di sana, dia terkesan dengan platform finansial syariah berjulukan Manzil nan menjadi one-stop solution untuk finansial syariah, menawarkan jasa mulai dari mortgage, investasi, hingga aspek legal sesuai prinsip syariah.

"Kami di regulator juga tidak luput dari adanya tuntutan untuk terus melakukan penemuan dan digitalisasi ini," ujar Juda.

Sehingga, Pada akhir 2023, BI telah menerbitkan Sukuk Falas Bang Indonesia (SUFBI) untuk memperkuat kebijakan dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendukung pengembangan pasar duit syariah.

Selain itu, BI juga berinovasi dengan meluncurkan aplikasi Satu Wakaf Indonesia tahun lalu.

Fokus kedua adalah peningkatan inklusi dan literasi finansial syariah. Pasalnya, Semakin tinggi inklusi dan literasi, semakin besar pula penerimaan dan penggunaan produk finansial syariah oleh masyarakat

Pemerintah menargetkan literasi finansial syariah mencapai 50% pada tahun 2025. Hal ini memerlukan percepatan inklusi dan literasi melalui strategi edukasi nan lebih masif, seperti menggunakan narasi dan kanal nan relevann bagi anak muda.

"Peningkatan literasimelalui penyelenggaraan Eksar di tiga wilayah Indonesia dan di Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) dengan beragam penemuan setiap tahunnya," kata dia.

Yang terakhir, Juda Agung menekankan pentingnya sinergi dalam inisiatif pengembangan finansial syariah. nan diwujudkan melalui proyek charter antar kementerian, lembaga, dan industri.

Strategi ini meliputi inkubasi upaya UMKM, penyelenggaraan upaya matching syariah dalam Fesyar dan ISF, serta forum edukasi dan jumpa upaya untuk UMKM dan ekosistem pondok pesantren inklusif finansial syariah nan bakal diselenggarakan oleh OJK.

"Seluruhnya kami ihtiarkan untuk mencapai percepatan pembiayaan syariah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nan inklusif dan berkelanjutan," tutup Juda Agung.


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

OJK Resmi Luncurkan Roadmap Perusahaan Pembiayaan


(Mentari Puspadini/fsd)

Selengkapnya
Sumber Konten Market
Author  Nadia Fitriani
Konten Market